L

Langkah luka sedang menyusuri jalan
Mengambil keputusan berat dengan merangkak
Memilih pergi dari tempat yang di sebutnya aman
Menempuh malam dengan rindu yang mengoyak

Gadis mungil menyebut ini pelarian
Lari dari kenyataan dan mimpi buruk
Berusaha kabur dengan dalih mencari nafkah

Mimpi dan ambisi tidak lagi menjadi tujuan
Rasanya seperti dunia sedang mengutuk
Do’a baik yang di harap berubah sumpah serapah

Romansa gadis berusia lanjut

Terima kasih telah hadir
Menggenggam erat duka dan luka
Menjadi hangat di kala gemuruh
Memberi tenang di tengah kalang kabut

Menukar sejuta perih dengan tawa sumringah
Menyambut sedih dengan hati tenang
Menyela isak dengan pertemuan aman

Sungguh ingin kutulis beribu kalimat manis
Menyampaikan dengan sungguh 
Ucap syukur atas setiap pertemuan kita

Meski teramat lambat,
Aku tetap ingin mengenal duka, luka dan suka.
Aku tetap ingin meski harus bertemu diriku yang keliru
Aku tetap ingin menjamu dengan tenang dan penuh kasih
Aku tetap ingin mengulang kisah yang bukan lagi mempertanyakan kelayakan diriku.

Gemuruh isak mengetuk kembali
Mencaci maki dengan sumpah serapah
Menghantam tajam tanpa peduli arah
Membabi buta benci dengan harap mati

Sepertinya duka jadi penantian paling senang
Sebab luka tidak pernah mengering
Haru di tengah kerumunan
Orang dewasa datang menjadi penonton

Gadis itu,
Kembali merapal doa, dua kali lipat
Berharap genggaman datang menjemput
Naasnya, hanya teriakan ampun yang turut

Sepertinya pulang akan jadi menyeramkan
Sesaat setelah menatap beku berharap teduh
Pada sosok yang di hormati.
Membunuh rasa percaya akan tempat aman

Semoga luka tidak menjadi alasan untuk hidup yang sengaja tak di harap panjang umur

Lupa pulang!!

Jalan jalan itu mulai berantakan
Diam diantara ribut dan bisu
Terhimpit diantara ingatan laju
Ingin paham namun terambat angan

Perasaan gelisah menusuk kalbu
Membuka sayatan sendu
Enggan mengingat kejadian pilu
Tapi tetap saja merasa ngilu

Sudah pada perasaan muak
Sedang rasa ingin hidup masih merangkak
Samar samar luka masih menganga
Membiru lebam dengan tangan terbuka

Ingatan tak pernah pulih
Memilih sunyi tempat paling aman
Namun lupa jika semua bernuansa arogan
Tidak akan pernah benar benar sembuh

Esok arahnya ke mana?!!

Langkah langkah itu
Tarian di tengah suara gemuruh
Seperti harap yang tak kunjung utuh

Terjun bebas terhempas pilu
Jemari kecil itu 
Sepasang mata, berharap punya tujuan 
Di dekapnya tanpa mengemis belas kasih
Suara tangis itu
Samar samar tertampar kenyataan

Jalannya buntu
Jemari kecil mulai remuk
Terkoyak amarah akan arah tanpa tuju
Tak lagi berharap hidup

Pukul 22:35

Wajah pucat dengan teriakan lantang
Isak di tengah kerumunan tanpa aba aba
Suara suara yang awalnya bisu menjadi nyaring
Mata merah penuh amarah lepas kendali

Sepertinya ruang imaji sudah kalap di dera pilu
Sepertinya pagi kembali di sambut haru
Manusia dewasa bungkam melihat kacau
Tangan membiru membasuh pipi dengan ngilu

Kali ini terlihat begitu ironis dan tragis
Dengan pecahan kaca yang berhamburan
Berharap kepalan tangan tidak menghantam
Membungkuk dengan tangis dan perasaan was was

Gadis mungil itu kembali menaruh asa
Berharap akhir yang sempurna
Lembut, tenang, dan tidak pahit.

“Maaf” untuk gadis mungil

Maaf untuk semuanya

Maaf karna tidak pernah menjadi cukup baik

Maaf membuatmu tidak bisa bersikap manja

Maaf untuk setiap kejadian buruk


Maaf atas setiap inginmu yang terabaikan

Maaf harus membuatmu lebih cepat tanggap

Maaf atas senyum indah dengan mata sembab

Maaf tidak mengerti setiap gemuruh isakan 


Maaf memaksamu tenang di tengah kekacauan

Maaf tak memberi jeda untuk setiap keluh 

Maaf membuat terlibat di setiap kegaduhan 

Maaf untuk setiap diri yang tak mengerti resah


Juga maaf,

Bahkan di beberapa banyak kamu mencoba hal hal yang tidak pernah seperti seharusnya