“Maaf” untuk gadis mungil

Maaf untuk semuanya

Maaf karna tidak pernah menjadi cukup baik

Maaf membuatmu tidak bisa bersikap manja

Maaf untuk setiap kejadian buruk


Maaf atas setiap inginmu yang terabaikan

Maaf harus membuatmu lebih cepat tanggap

Maaf atas senyum indah dengan mata sembab

Maaf tidak mengerti setiap gemuruh isakan 


Maaf memaksamu tenang di tengah kekacauan

Maaf tak memberi jeda untuk setiap keluh 

Maaf membuat terlibat di setiap kegaduhan 

Maaf untuk setiap diri yang tak mengerti resah


Juga maaf,

Bahkan di beberapa banyak kamu mencoba hal hal yang tidak pernah seperti seharusnya

Ranah Rapuh

Hidup dalam ruang penuh warna
Setiap saat penuh akan kejutan
Berawal dari lahirnya gadis penuh tawa
Seiring waktu melangkah dengan angan


Pada tempat yang di sebutnya pulang

Mulai terlihat ranah penuh dosa akan tangis

Menjerit ingin pulang pada tempat asing

Tanpa peduli sakit mengiris


Pikirnya selalu beranggapan manis

Namun membayang luka teramat parah

Membungkus jiwa penuh amarah

Sampai pada semua terlihat begitu tragis


Bukan ini yang di sebutnya aman

Melainkan tempat jatuhnya segala angan


Tidak ada yang berakhir baik

Selain berdamai dengan diri tanpa sepihak

Melupakan kisah yang selamanya mengiris

Hingga membuat semua terlihat begitu manis

Tuan, terima kasih

Tuan
Terima kasih sudah menggenggam jemariku
Membuatku percaya bahwa kau akan menjaga cintaku dengan baik,
Terima kasih sudah menjadi warna untuk semua musim di hidupku
Terima kasih sudah memilihku di antara banyak kemungkinan yang bisa kau dapatkan.

Tuan,
Barangkali langkah kaki kita tak akan mudah
Barangkali yang hari ini kita percayai ialah apa-apa yang menjelma ragu di kemudian hari.
Barangkali “selamanya” hanyalah kata yang terangkum dalam kamus bahasa,
Yang nyatanya tak pernah ada.
Namun, Tuan, tetaplah tinggal di sisi.
Mempertahankan rasa sampai kita melupa pergi

Sebatas Prasangka

Bukan berhenti
Hanya memberi jeda
Agar ekspektasi,
tak membunuh rasa.

Keliru dengan segala sikap 
Entah salah atau benar 
Menyikapi bukan lagi sebatas ingin
Tapi mendorong paksa keadaan 

Sering jatuh sebab angan terlalu jauh
Tanya yang datang mengulang salah
Tapi tak pernah mendapat prasangka
Separah itu mempertahankan asa

Padahal bukan siapa-siapa
Datang hanya sebatas perlu
Senyawa bodoh memberi kesempatan
Bukan malah mematahkan balik

Cara kerjanya begitu tertata
Hingga tampak seakan itu nyata
Bukan akhir yang mencari
Tapi awal yang menutup

Rangkaian Pilu Pada Pandemi

Hari ini dunia kembali rapuh
Musibah datang menyelimuti kalbu
Akal di uji dengan ikhtiar yang mengarah 
Raga di rumahkan dengan semu

Insan mulai bingung dengan jiwa mengembara
Menangis merintih melihat keadaan 
Berita duka semakin mengada 
Kian semakin tak terarah

Yang pudar berangsur hilang
Waktu mendesak untuk mengenang 
Memori Dari bulan ke bulan 
Bahkan untuk tahun ke tahun 
Begitu menghimpit sesak
Saat semua hanya bisa menaruh harap pada jarak

Dan kini
Kembali dua kali lipat 
Rangkaian pilu 
Sebab terjebak pada ingin
Untuk jiwa-jiwa bebas

Yang tidak tahu menahu 
Bagaimana situasi bisa kembali membaik 
Pada bisingnya suara yang bergejolak 
Kembali membungkus haru
Dengan senda gurau palsu

Membawa segala usaha dan upaya 
Agar semua lekas pulih 

Mari berdoa untuk segala kacau
Agar tak lagi bising dengan isak di mana-mana 

Terlihat Manis

Hidup dalam ruang penuh warna 

Setiap saat penuh akan kejutan

Berawal dari lahirnya gadis penuh tawa

Seiring waktu melangkah dengan angan


Pada tempat yang di sebutnya pulang

Mulai terlihat ranah penuh dosa akan tangis

Menjerit ingin pulang pada tempat asing

Tanpa peduli sakit mengiris


Pikirnya selalu beranggapan manis

Namun membayang luka teramat parah

Membungkus jiwa penuh amarah

Sampai pada semua telihat begitu tragis


Bukan ini yang di sebutnya aman

Melainkan tempat jatuhnya segala angan


Tidak ada yang berakhir baik

Selain berdamai dengan diri tanpa sepihak

Melupakan kisah yang selamanya mengiris

Hingga membuat semua terlihat begitu manis

Rona Jingga

Lihat lalu dengar dan rasakan

Suara indah menggema dimana mana

Pada saat itupun

Semua sedang menyatu bersama


Menyatu dalam ruang dan waktu

Membuat rona dan aroma kasat mata

Nampak nyata dalam segalanya

Namun enggan untuk menghalau


Yang terlihat dan sudah dirasakan

Tetap ada pada setiap keindahan

Semesta menciptakan varian rasa

Tepat pada rona jingga yang kusuka


Menabur bahagia pada setiap temu

Hingga semua datang tepat waktu

Untuk setiap kata sampai pada wujud

Juga pada kalimat agar terwujud


Sekali lagi kusampaikan pada rona jingga

Datangmu kala sore hari amat terasa

Hingga kata tak lagi tersusun rapi

Namun tetap pada menikmati


Semoga temu pada lain waktu,

kesanku tak begitu buruk.