Esok arahnya ke mana?!!
Pukul 22:35
Isak di tengah kerumunan tanpa aba aba
Suara suara yang awalnya bisu menjadi nyaring
Mata merah penuh amarah lepas kendali
Sepertinya ruang imaji sudah kalap di dera pilu
Sepertinya pagi kembali di sambut haru
Manusia dewasa bungkam melihat kacau
Tangan membiru membasuh pipi dengan ngilu
Kali ini terlihat begitu ironis dan tragis
Dengan pecahan kaca yang berhamburan
Berharap kepalan tangan tidak menghantam
Membungkuk dengan tangis dan perasaan was was
Gadis mungil itu kembali menaruh asa
Berharap akhir yang sempurna
Lembut, tenang, dan tidak pahit.
“Maaf” untuk gadis mungil
Maaf untuk semuanya
Maaf karna tidak pernah menjadi cukup baik
Maaf membuatmu tidak bisa bersikap manja
Maaf untuk setiap kejadian buruk
Maaf atas setiap inginmu yang terabaikan
Maaf harus membuatmu lebih cepat tanggap
Maaf atas senyum indah dengan mata sembab
Maaf tidak mengerti setiap gemuruh isakan
Maaf memaksamu tenang di tengah kekacauan
Maaf tak memberi jeda untuk setiap keluh
Maaf membuat terlibat di setiap kegaduhan
Maaf untuk setiap diri yang tak mengerti resah
Juga maaf,
Bahkan di beberapa banyak kamu mencoba hal hal yang tidak pernah seperti seharusnya
Ranah Rapuh
Setiap saat penuh akan kejutan
Berawal dari lahirnya gadis penuh tawa
Seiring waktu melangkah dengan angan
Pada tempat yang di sebutnya pulang
Mulai terlihat ranah penuh dosa akan tangis
Menjerit ingin pulang pada tempat asing
Tanpa peduli sakit mengiris
Pikirnya selalu beranggapan manis
Namun membayang luka teramat parah
Membungkus jiwa penuh amarah
Sampai pada semua terlihat begitu tragis
Bukan ini yang di sebutnya aman
Melainkan tempat jatuhnya segala angan
Tidak ada yang berakhir baik
Selain berdamai dengan diri tanpa sepihak
Melupakan kisah yang selamanya mengiris
Hingga membuat semua terlihat begitu manis